Aozora : Perjalananku dulu, kini dan nanti (3)

Berawal dari ikut hadir di acara milad ke-2 TDA (@TanganDiAtas) tahun 2008, sebuah acara yg sangat inspiratif dan memotivasi 500 peserta yang hadir. Meskipun tidak mengikuti acara full day, hanya ikut dibeberapa sesi terakhir, namun acara itu begitu menginspirasi dan membekas diingatan saya.
Saya datang ke acara milad itu bersama istri saya, diajak oleh sepupu ipar istri, @Dididiarsa dan sepupu istri saya.

Acara milad TDA telah menginspirasi saya dan menyadarkan saya tentang impian-impian lama saya yaitu menjadi "pengusaha". Sampai diakhir acara ada penawaran spesial TDA E-makers (Sekolah/workshop bisnis TDA), dan karena sifat penasaran saya tentang TDA dan konsep pemikirannya, saya putuskan untuk ikut workshop bisnis TDA E-makers dengan tujuan ingin belajar tentang bisnis dan tentang TDA itu sendiri.

Pertemuan dan perkenalan saya pertama kali di TDA E-makers tersebut, tepatnya ketika diakhir rangkaian acara sehabis sholat maghrib, Alloh Swt telah mempertemukan saya dengan mas Henri Prakoso, di musholla Gedung Ciputra, Grogol, yang selanjutnya menjadi partner bisnis saya sampai detik ini dan nanti dalam wadah PT Aozora Agung Perkasa yang kami dirikan dibulan Juli 2009.

Saya kagum dengan semangat dan penampilan mas Henri Prakoso waktu itu, sangat bersemangat, sederhana dan memancarkan wajah leadership yang kuat. Saya merasakan kecocokan komunikasi dengan dia, selain kami berdua sama-sama memiliki kekurangan di fisik kami, namun sikap dan sifat "wise" itulah yang menjadi kekuatan terpendam dari mas Henri.

Kami berdua sama-sama belum memiliki bisnis sebelum ikut TDA E-makers, namun kami punya niatan yang kuat untuk memiliki bisnis sendiri saat itu. Kebersamaan pertama yang membuat kami sampai detik ini dan nanti, diawali dengan Project Oil Water Separator dari LPPM UPN Yogyakarta, pemilik proyeknya PT Pertamina EP UBEP Tanjung. Pasang surut dalam mengerjakan proyek tersebut jelas terasa, terlebih kami berdua masih sama-sama 'amphibi' waktu itu alias masih 'becak-becakan' atau sambil kerja di tempat orang juga nyambi ngasong proyek.

Dari situlah hubungan kami berdua tidak hanya sekedar pertemanan dan sama-sama pengasong ataupun becak man, namun dari komunikasi yang kami bangun itulah sehingga kami merasa seperti kakak dan adik.
Banyak hal positif yang dapat saya pelajari dari beliau dan hal-hal tertentu telah menyadarkan saya tentang langkah yang pernah saya buat dalam hidup setelah saya coba merefleksi dari perjalanan hidup beliau.

Setahun sudah kami mengerjakan proyek pertama kami dan alhamdulillah selesai dengan baik, dan waktu itu bertepatan dengan hari saya di PHK. Ya, saya adalah korban PHK krisis dunia tahun 2008, yang telah mengajarkan saya tentang survival dan struggle. Tentu saja, di PHK rasanya sangat tidak enak waktu itu. Saya di PHK karena proyek pembangunan Biodiesel yang semula akan dibiayai oleh investor lokal, PT Igrin Biru, dibatalkan karena ada missed management didalam internal group perusahaan yang membuat perusahaan itu bleeding dan tidak sanggup melanjutkan proyek tersebut.

Sehari setelah saya di PHK, saya datang dengan berpakaian rapi bertemu dengan Presiden Direktur perusahaan yang telah mem-PHK saya. Saya katakan "Pak, saya ingin pinjam nama perusahaan Bapak yang bisa Bapak pinjamkan ke saya, Bapak tidak perlu membayar saya dan saya akan bayar fee pinjam nama perusahaan sebesar 10 % dari total keuntungan saya selama 6 bulan." Mendengar tawaran 'gila' saya ini sepertinya membuat dia marah, dan langsung menyarankan saya cari kerja saja ditempat lain dan setengah mengusir saya dari ruangan dia.

Saya bersikap nekat karena tujuan saya untuk mengingatkan mantan Pimpinan Perusahaan tempat saya bekerja dulu, bahwa memutuskan kontrak kerja dan mem-PHK secara sepihak itu telah merugikan orang lain dan tidak bertanggung jawab. Sehingga saya sengaja menantang dia bahwa saya bisa lebih bertanggungjawab daripada dia.

Waktu PHK itu juga bertepatan dengan kelahiran anak saya yang kedua, Muhammad Zayyaan Alghiffari Hendarsa. Saya memberikan nama 'Alghiffari' kepada anak saya yang kedua untuk mengingatkan saya bahwa
saya dan istri serta anak-anak harus menjadi pribadi yang kuat dan kokoh baik secara keilmuan dan juga secara materi, dan menggunakannya untuk melayani kaum dhuafa dan dapat menasehati penguasa seperti diriwayatkan oleh sahabat Nabi Saw, Abu Dzar Alghiffari.

Kisah perjalanan selanjutnya insya Alloh akan saya sambung lain waktu.
Jika ingin berdiskusi langsung silakan follow twitter @agunghendarsa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Perusahaan Yang Barokah dan Rizki Melimpah Halalan Thoyiban (Bagian Kedua)

Alhamdulillah di terminal waktu 36 tahun (8.11.77 ~ 8.11.13). Luruskan Niat Sempurnakan Ikhtiar